Siklus
Diesel adalah siklus ideal untuk
mesin torak pengapian-kompresi. Berfungsi mengkonversikan energi kimia yang
terkandung dalam bahan bakar menjadi energi mekanis dan prosesnya terjadi di
dalam ruang yang tertutup. Mesin ini di temukan oleh Rudolf Diesel.
Langkah (0-1) adalah langkah hisap udara,
pada tekanan konstan.
Langkah (1-2) adalah langkah kompresi, pada
keadaan isentropik.Langkah (2-3) adalah langkah pemasukan kalor, pada tekanan
konstan.
Langkah (3-4) adalah langkah ekspansi, pada
keadaan isentropik.
Langkah (4-1) adalah langkah pengeluaran
kalor, pada tekanan konstan.
Langkah (0-1) adalah langkah buang, pada
tekanan konstan.
Dalam kenyataannya tiada satu pun merupakan
siklus volume-konstan, siklus tekanan-konstan, atau siklus tekanan-terbatas.
Hal ini dikarenakan adanya penyimpangan, dan penyimpangan dari siklus udara
ideal itu terjadi karena dalam keadaan yang sebenarnya terjadi kerugian yang
antara lain disebabkan oleh hal berikut:
Kebocoran fluida kerja karena penyekatan oleh
cincin torak dan katup tak dapat sempurna.
Katup tidak di buka dan ditutup tepat di TMA
dan TMB karena pertimbangan dinamika mekanisme katup dan kelembaman fluida
kerja. Kerugian tersebut dapat diperkecil bila saat pembukaan dan penutupan
katup disesuaikan dengan besarnya beban dan kecepatan torak.
Fluida kerja bukanlah udara yang dapat
dianggap sebagai gas ideal dengan kalor spesifik yang konstan selama proses
siklus berlangsung.
Pada motor bakar torak yang sebenarnya, pada
waktu torak berada di TMA, tidak terdapat proses pemasukan kalor seperti pada
siklus udara. Kenaikan tekanan dan temperatur fluida kerja disebabkan oleh
proses pembakaran antara bahan bakar dan udara di dalam silinder.
Proses pembakaran memerlukan waktu, jadi
tidak berlangsung sekaligus. Akibatnya, proses pembakaran berlangsung pada
volume ruang bakar yang berubah-ubah karena gerakan torak. Dengan demikian,
proses pembakaran harus sudah dimulai beberapa derajat sudut engkol sebelum
torak mencapai TMA dan berakhir beberapa derajat sudut engkol sesudah torak
bergerak kembali dari TMA menuju TMB. Jadi, proses pembakaran tidak dapat
berlangsung pada volume atau pada tekanan yang konstan. Di samping itu, pada
kenyataannya tidak pernah terjadi pembakaran sempurna. Karena itu daya dan
efisiensinya sangatlah bergantung kepada perbandingan campuran bahan bakar-udara,
kesempurnaan bahan bakar-udara itu bercampur, dan saat penyalaan.
Terdapat kerugian kalor yang disebabkan oleh
perpindahan kalor dari fluida kerja ke fluida pendingin, terutama pada langkah
kompresi, ekspansi, dan pada waktu gas buang meninggalkan silinder. Perpindahan
kalor tersebut terjadi karena terdapat perbedaan temperatur antara fluida kerja
dan fluida pendingin. Fluida pendingin diperlukan untuk mendinginkan bagian
mesin yang menjadi panas, untuk mencegah bagian tersebut dari kerusakan.
Terdapat kerugian energi kalor yang dibawa
oleh gas buang dari dalam silinder ke atmosfer sekitarnya. Energi tersebut tak
dapat dimanfaatkan untuk melakukan kerja mekanik.
Terdapat kerugian energi karena gesekan
antara fluida kerja dengan dinding salurannya.
Berdasarkan semua hal di atas, bentuk diagram
P-v dari siklus yang sebenarnya tidak sama dengan bentuk diagram siklus ideal.
itu diagramnya OTTO mas... kalau diesel 2-3nya datar, karena proses pembakarannya ada 4 tahap.
BalasHapusNjirr salah
BalasHapusWkwk
BalasHapusWkwk
BalasHapusWah kacau ni blog
BalasHapus